Monday, September 24, 2018

Yadnya Banten Tanpa Daging



Banten Tanpa Daging, Apa Mungkin?
""""//Saya telah puluhan kali muput upacara tanpa daging, jika itu memang salah, nafas saya pasti sudah dicabut. Toh saya tetap bugar, sehat," tukas Pedanda Gede Nabe Bang Buruan Manuaba.//""""
Berenang di lautan tradisi tak selamanya enak, memang. Kesukaan ini menyebabkan orang jerih memandang perubahan. Terkecuali bagi mereka yang ingin terus bertumbuh, terbuka pada pembaruan, tradisi kerap dianggap sebagai penjara. Nyatanya tak banyak sosok yang berani melawan arus besar tradisi. Apalagi hendak merubah sesuatu yang diwariskan turun-temurun -- sungguh tak mudah dilakukan.
Ida Pendanda Gede Nabe Bang Buruan Manuaba, boleh jadi sosok langka dalam pergolakan besar antara tradisi dan pembaruan. Sulinggih asal Karangasem yang kini menetap di Lingkungan Muding Indah, Kerobokan, Kabupaten Badung ini kerap dituduh nyeleneh, ide-idenya sering dianggap asing, tak anut sasana, karena keberaniannya melawan arus besar kelaziman tradisi. "Tak hanya nyeleneh, saya juga dituduh pengkhianat," papar Ida Pedanda sembari tertawa.
Saat muncul pilihan sejumlah kelompok untuk tak menyertakan hewan kurban dan daging dalam upacara di Bali, Ida Pendanda Bang adalah sosok paling memaklumi hal ini. Ia berani pasang badan, manakala banyak sulinggih menolak muput upacara yang dianggap tidak lazim itu. Pun ketika upacara-upacara di Bali dituding kelompok tertentu mengaturkan "bangkai" pada setiap ritualnya – sekali lagi hanya Ida Pedanda Bang Buruan siap pasang badan -- membela gigih pandangan-pandangan Hindu Bali yang dianggap kolot. "Ya kita coba mediasi hal itu supaya tidak muncul benturan, karena sering setiap yang baru membuat masayarakat terbelah," tambah Ida Pedanda.
Bagi Ida Pendanda Bang, tidak ada yang salah dalam keyakinan itu. Tanpa kurban atau menyertakan kurban prinsip dasarnya sama. Coba baca teks Bukbuksah Gagakaking? Di sana ada dua pertapa kakak beradik, yang sama-sama menjalanan tapa brata. Yang satu Bubuksah, berpaham Siwa, bertapa di puncak gunung, pemakan segala, alias sarwa baksa. Sang adik berpaham Budaa, bertapa di hilir sungai, ia sangat hati-hati dalam hal makan, menghindari daging, yang hanya makan buah, biji, dan daun-daunan Gagakaking menjalani laku tapa nyridanta, istilah kerennya vegatarian.
Bagi Ida Pedanda Bang, dua kakak beradik dalam kisah Bubuksah dan Gagakaking merupakan dua model pabratan. Ini sama-sama dibenarkan, keduanya pun mendapat karunia surga. Makan daging seperlunya supaya tubuh tetap sehat juga dianjurkan, karena manusia hidup perlu energi. Hidup vegetarian tanpa hendak menyakiti makhluk lain juga bagus. Yang jelas dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Sebaiknya jangan rusak tubuh ini, makanlah secukupnya, tak berlebih dan berkurang. Jangan pula menyiksa karena "janji" hendak masuk surga. Tuhan yang nyata berada di sini di tubuh ini dan pada apa yang bisa lihat dan rasakan.
Kalau dalam brata saja ada dua jalan, jalan Bubuksah dan Gagakaking, kenapa tidak dilakukan juga dalam upacara? Pertanyaan inilah yang meneguhkan Ida Pedanda Bang berterima muput setiap upacara yang tidak menyertakan hewan atau binatang kurban. Alasanya tak cuma ingin mencari jalan tengah atau hendak mendamaikan. Lebih dari itu, membiasakan orang berpikir demokratis, tidak saling mencela, tidak juga saling menyalahkan. "Saya telah puluhan kali muput upacara tanpa daging, jika itu memang salah, nafas saya pasti sudah dicabut. Toh saya tetap bugar, sehat," tukas Pedanda yang menghabiskan masa mudanya di Lombok
Bagaimana dengan puja panganteb itu? Menurut Ida Pedanda Bang, puja itu di mana-mana sama. Baik upacara tanpa daging atau tidak, puja tidak berbeda. Sadari puja itu tidak bersifat destruktif. "Semua kurban yang dihadirkan dalam caru misalnya hanyalah sebatas penyertaan, tidak untuk dibunuh. Yang terpenting adalah penyertaan warna sebagaimana pangider-ider yang harus disesuikan dengan dewa penguasa arah. Misalnya kurban kebo bisa diganti dengan beras hitam, injin. Sapi bisa diganti dengan beras merah. "Dalam muput caru tiang biasa menyertakan kurban hewan dan binatang masih hidup, dan setelah dihaturkan kami lepas kembali ke habitat semula"
Caru sebagaimana hakikat intinya, sebagaimana diyakini Ida Pedanda Gede Nabe Bang Buruan Manuaba, tidak melulu harus diartikan sebagai upaya mendamaikan energi Bhuta Kala, tapi saatnya diupayakan terus merawat keharmonisan alam. Sebab sebagaimana makna dasarnya, caru berarti membuat ia selalu cantik atau manis, dan berarti juga ikut menggerakkan. Tidak membuang sampah plastik sembarangan, tidak mencemari sungai dengan limbah beracun, tidak merusak humus tanah dengan limbah kimia merupakan bagian dari caru yang rutin itu. "Jika Anda ingin tetap sehat, udara tetap bersih, mohon jangan kotori alam ini dengan beragam sampah, alih-alih sampah kimia," tukas Ida Pedanda Bang serius.
Sepanjang upacara itu belum diupayakan merawat ekosistem hidup, maka apa pun bentuknya upacara itu jauh dari makna dan guna. Memang tidak ada masalah dengan upacara, tetapi bila implikasinya merusak alam apakah tak patut dipikirkan? Coba perhatikan, lanjut Ida Pedanda Bang, dalam hal materi upacara misalnya, orang Bali tergantung pada Jawa. Janur, pisang, telor, itik, semua didatangkan dari Jawa. Bayangkan jika pohon kelapa di Jawa musnah, atau tak berbuah, bayangkan jika Bali terserang wabah flu burung, bukankah ini resiko langsung kesukaan berupacara tanpa pikiran cerdas. "Karena itu, melepas burung-burung ke udara, melepas ikan-ikan ke danau dan sungai-sungai meruapakan aplikasi lebih pantas," papar Ida Pedanda Bang Buruan.
"Jika ini dinilai kurang baik bagi sejumlah orang, mohon tunjukkanlah yang lebih baik," tantang lembut Ida Pedanda. Menurutnya, kita ini adalah para pencari, tidak baik orang mengklaim ada jalan paling benar, apalagi paling menjanjikan. Dulu India kaum Brahmana dikritisi Budha, yang mengklaim surga dan pembebasan hanya diperoleh dengan jalan kurban. Nyatanya tidak begitu, Budha pun dikritisi, pembebasan tidak melulu ditemukan dengan jalan pengasingan diri. Di sini, di rumah keluarga, tanpa menjauh dari kehidupan sehari-hari pembebasan pun bisa tercapai. "Nah artinya semua orang ada dalam proses mencari, setelah latihan cuma ada jalan latihan."
Apakah upacara yang memakai daging itu tergolong yajna rendah? Imbuh Ida Pedanda Bang, dalam konteks pemujaan tidak ada istilah tinggi rendah. Semua diukur atas ketulusan dan kedalaman hati.Tidak salah mereka yang menggunakan daging, dan tidak keliru pula mereka lebih sreg tanpa menggunakan daging. Semua pilihan itu harus dihormati, dikasi ruang lebih mulia, bahwa tunas yang baru bertumbuh itu belum tentu jelek. "Saatnya orang berpikir cerdas, demokratis, bahwa kita semua hanya para pencari, bukan penentu. Karenanya, betapa mulia bagi mereka yang bisa saling merawat," anjur Ida Pedanda


Thank you. Good luck !
Om Shanti Shanti Shanti Om 🙏
Best Regards,

I Gede Putu Sastrawan
Photographer


powered by GOD.

Tuesday, September 4, 2018

Sastra Bali Luxury Coach Sewa Bus Bali



Best regards,
Mr. I Gede Putu Sastrawan
+62-81-2939-12345

---------- Forwarded message ---------
From: Sastrawan Bali <sastrawanbali@gmail.com>
Date: Sel, 4 Sep 2018 15.14
Subject: Re: Share 'INVOICE Ayana Eka (Heather Hollis Siteminder).pdf'
To: Eka Artmini <eka.artmini@ayanaresort.com>


Siap Terima Kasih
Foto Bus terlampir.


Mengingatkan, Sastra juga siap melayani untuk kebutuhan wisatawan lainnya seperti :

Exclusive Tour Guide,
Private Photographer,
Excellent Event Organizer,
Experienced Wedding Partner,
Classic Lincoln cars, other Classic cars,
Luxury Cars,

Other optional services :
Sound system rentals,
Rigging stage,
Stage,
Lighting,

Band Music,
Balinese Cultural Dancer,
Modern Dancer,

Singer,
Artist,
MC - Master of Ceremony,

Florist, Flower arrangements, Decorations,

Cruise, Yacht Charter, Party,
Looking forwards.

Best regards,
Mr. I Gede Putu Sastrawan
+62-81-2939-12345

Pada tanggal Sel, 4 Sep 2018 13.38, Eka Artmini <eka.artmini@ayanaresort.com> menulis:

Dear Pak Sastra,

 

Terima kasih untuk konfirmasi penyewaan bus nya,

Sesuai dengan percakaan WA, pembayaran akan di lakukan oleh accounting kami via bank transfer melalui proses PR/PO.

Terima kasih atas kerjasamanya

 

Best regard,

 

Eka Artmini  | Administrative  Assistant to Catering and Conference Services

AYANA Hotel T +(62) 361-702222  F +(62) 361-702455  W AYANA.COM  

A  Karang Mas Estate, Jalan Karang Mas Sejahtera Jimbaran, Bali, 80364, Indonesia

KOMODO_SIGNATURE_12

 

 

From: Sastrawan Bali (sastrawanbali@gmail.com) [mailto:sastrawanbali@gmail.com]
Sent: Tuesday, 4 September 2018 12:40 PM
To: Eka.artmini@ayanaresort.com
Subject: Share 'INVOICE Ayana Eka (Heather Hollis Siteminder).pdf'

 

 

Best regards,
Mr. I Gede Putu Sastrawan
+62-81-2939-12345

Hutang Negara Republik Indonesia di Era Presiden Joko Widodo #Jokowi

Fwd dr Mbak Miranda Goeltom


*DOLLAR, UMR DAN BERAS JELANG REFORMASI DAN ERA JOKOWI*

Beberapa waktu terakhir banyak orang membandingkan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar sudah menyamai kegentingan seperti 20 tahun lalu menjelang reformasi. Mereka meng-identikan situasi ekonomi yang sama darurat nya dengan situasi di jelang kejatuhan Soeharto.

Apakah benar demikian? Mari kita bandingkan data data nya antara Dollar, UMR dan harga beras.

*Pertama, Nilai Dollar dan UMR 😗

Nilai tukar Dollar di akhir Agustus 1997 berada di kisaran 1 USD senilai Rp 2.500,-. Sementara pada saat yang sama, UMR (Upah Minumum Regional) DKI di tetapkan Rp 172.500 per bulan atau sekitar 69 USD per bulan.

Dalam waktu tidak lebih dari 10 bulan dari jelang akhir Agustus 1997 hingga rentang Januari - Juli 1998 nilai tukar Dollar merayap naik lalu melonjak mendekati Rp 16,800-. Di saat Dollar menyentuh Rp 16.800 itu UMR DKI ada di angka Rp 192.000 per bulan atau satu bulan UMR setara dengan 11,4 USD.

Dari 1997 ke 1998 kenaikan UMR hanya Rp 20.000 atau sekitar 13% sementara kenaikan nilai Dollar mencapai 600%.  

Berdasar data itu maka turunnya daya beli masyarakat saat jelang Reformasi memang sangat tajam. UMR 1997 yang setara dengan 69 USD di tahun 1998 terjun bebas menjadi setara dengan 11,4 USD. Situasi ini di sisi lain juga membuat banyak perusahaan yang gulung tikar diikuti PHK massal.

Sekarang kita bandingkan dengan situasi hari ini di era pemerintahan Jokowi. Pada saat Jokowi dilantik menjadi Presiden, Oktober 2014 nilai tukar Dollar berada di kisaran Rp 12.200,- pada saat yang sama UMR DKI berada di angka Rp 2.441.000 per bulan. Artinya di bulan Oktober 2014 UMR DKI setara dengan 200 USD.

Hari ini Juli 2018 nilai tukar Dollar ada di kisaran Rp 14.400,- sementara UMR DKI Rp 3.648.000 per bulan atau setara dengan 253 USD.

Dari Oktober 2014 hingga Juli 2018 Dollar merayap naik Rp 2.200 atau sekitar 18% sementara kenaikan UMR DKI dari Rp 2.441.000 menjadi Rp 3.648.000 atau naik sekitar Rp 1.200.000,- yaitu sekitar 49% dari Oktober 2014.

Perbandingan kurs Dollar dengan UMR saat ini menunjukan bahwa naik nya kurs Dollar sebesar 18% tidak berdampak pada daya beli seperti pada situasi Mei - Juli 1998 dikarenakan pada kurun waktu yang sama saat ini UMR justeru mengalami kenaikan 49%. Jika di konversi dengan Dollar maka dari tahun 2014 hingga 2018 UMR naik 26% dari 200 USD menjadi 253 USD.

Jika di bandingkan dengan nilai tukar Dollar dan UMR pada Mei - Juli 1998 maka situasi nya tentu jauh berbeda karena UMR Mei - Juli 1998 setara dengan 11,4 USD sementara dengan nilai tukar Dollar hari ini UMR setara dengan 253 Dollar artinya daya beli Rakyat jika menggunakan UMR sebagai alat ukur justeru lebih besar 23 kali lipat dari Mei - Juli 1998.

*Kedua, UMR dan Harga Beras.*

Mari kita bandingkan daya beli Masyarakat tahun 1998 dan hari ini dengan menggunakan perbandingan UMR dan harga Beras. Pada Juli 1998 besaran UMR Rp 192.000 per bulan. Harga beras medium saat itu Rp 2800 per kilogram. Artinya pada saat itu Rakyat dengan UMR nya hanya dapat membeli 69 kg beras perbulan.

Saat ini UMR Rp 3.648.000 per bulan sementara Harga beras Medium sesuai HET (Harga Eceran Tertinggi) berada di kisaran Rp 9.500 hingga Rp 10.000 per kg. Dengan demikian saat ini setiap bulan Rakyat bisa membeli 364 kg beras hingga 384 kg beras per bulan.

Jika dibandingkan kemampuan Rakyat membeli beras tahun 1998 dan saat ini maka kemampuan membeli beras naik dari 69 kg menjadi 384 kg per bulan atau naik sekitar 315 kg lebih banyak per bulan. Peningkatan ini hampir 6 kali lipat dari tahun 1998.

Dari perbandingan perbandingan tersebut di atas maka tentu tidak tepat jika nilai tukar Dollar hari ini yang berada di kisaran Rp 14.400 di samakan dengan kegentingan ekonomi yang sama dengan tahun 1998.

Hanya ada dua kemungkinan kenapa ada ada orang orang yang menyamakan nilai tukar Dollar hari ini sudah segenting 20 tahun lalu. Pertama mereka itu hanya melihat angka Dollar tapi tidak mengetahui angka angka lainnya termasuk UMR artinya data yang di miliki orang orang itu sangat minim sementara nafsu bicara mereka sangat besar. 

Kedua, mereka paham data data tersebut di atas tapi mereka mencoba mendramatisir situasi seolah menakutkan dan berbahaya. Opini ini bisa jadi di desain untuk tujuan politik. 

Desainer opini bermotif politik itu tentu berharap Rakyat percaya bahwa nilai tukar Rupiah terhadap Dollar di pemerintahan Jokowi seolah olah sedang berada dalam situasi yang persis sama dengan situasi 20 tahun lalu.

19 - Juli - 2018

Salam,

Miranda Gultom

***

Ada tiga negara yang terancam bangkrut pada 2018 karena krisis moneter; Turki, Venezuela, dan Malaysia.

Seperti dilansir Reuters, Menteri Keuangan Malaysia Lim Guang Eng menjelaskan total utang Malaysia mencapai 1.087 triliun ringgit (sekitar Rp3.500 triliun) pada 31 Desember 2017.

Kabarnya utang tersebut berhilir pada kasus mega korupsi mantan Perdana Menterinya (PM) Najib Razak beserta istri.

Nasib perekonomian Negeri Jiran pun di ujung tanduk. Warga Malaysia membuat gerakan aksi melunasi utang dengan cara iuran atau patungan. Ini dilakukan melalui sebuah situs crowdfunding. Aksi tersebut dilakukan setelah Perdana Menteri Mahathir Mohamad menyerukan pemotongan gaji para menteri sebesar 10% untuk kurangi utang yang mencapai 1 triliun ringgit. Langkah ini diikuti pula anggota parlemen pada sejumlah negara bagian di Malaysia.

Bicara utang, milik Indonesia sebenarnya tak kalah banyak, bahkan jauh lebih besar. Berdasar laporan Bank Indonesia, pada akhir April 2018 jumlah utang luar negeri (ULN) berada di angka 356,9 miliar dollar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp5.000 triliun. 

Uniknya, Malaysia terancam bangkrut sementara Indonesia tidak

Penjelasannya ada pada rasio utang negara terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Utang Malaysia memang hanya Rp3.500 triliun. Tapi rasionya terhadap PDB lebih dari 60 persen. Sebaliknya Indonesia, meski berutang hingga Rp5.000 triliun, rasio jumlah utangnya hanya 29 persen dari PDB. Dengan rasio utang yang lebih dari 60 persen PDB, hampir dipastikan Malaysia akan kesulitan dalam membayar cicilan utang tiap tahunnya. Hal ini tentu saja akan membawa efek berantai di kondisi moneter Malaysia. Kasus menggunungnya utang Malaysia ini cukup mengejutkan.

Tahun-tahun sebelumnya Malaysia jarang sekalai punya utang lebih dari 300 miliar ringgit. Dikabarkan, utang yang mencapai 1 triliun ringgit itu terkait dengan dugaan kasus korupsi 1MDB (1 Malaysia Development Berhad). 1MDB semacam BUMN yang didirikan oleh mantan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak untuk menghimpun dana pembiayaan proyek infrastruktur Malaysia.

Indonesia Hebat!

Ada yang salah dengan cara oposisi mengkritik hutang pemerintah, mengapa? Karena cerita balutan pembalut yang mereka katakan tentang hutang, sebenarnya hanya ditekankan dengan "hutangnya saja" tanpa memberikan edukasi lain semisal, Indonesia mampu membayar hutang, atau setidaknya DPR yang punya wakil bernama Fadli Zon dan Fahri Hamzah itu, setuju dan tanda-tanganin hutang negara. DPR bersama MPR yang dipimpin oleh Zulhas, pasti mengetahui, dan menyetujui hutang pemerintah, sayangnya sisi ini kurang di ekspos ke publik terutama para follower oposisi.

Kita cukup mengerti saja, karena oposisi tidak punya bahan yang berkualitas dalam mengkritik pemerintah, mereka hanya memberikan pendapat satu sisi tanpa memberikan informasi seutuhnya kepublik.
 
Soal hutang negara, tercatat sepanjang Jokowi menjabat bertambah sekitar Rp 1.644,22 triliun

Angka itu berasal dari perhitungan jumlah utang pemerintah pada 2014 sebesar Rp 2.608,8 triliun masa SBY, kemudian menjadi totalnya saat ini 4.253,02 triliun per Juli 2018.

Jokowi berhutang 1.644 Triliun, tapi yang di koar-koarkan oposisi paling sering adalah angka 4.253 Triliun, padahal angka 4 Triliun itu adalah akumulasi total hutang masa SBY yang digabungkan dengan hutang Jokowi. Dilihat dari sisi hutang, Jokowi berhutang jauh lebih kecil dibanding SBY.

Lantas sudah "jauh lebih murah" dibanding SBY, manfaat apa yang dirasakan rakyat era Jokowi? Infrastruktur jawabnya yang paling utama, dan infrastruktur ini tidak hanya dirasakan masyarakat Jawa, melainkan seluruh tanah air. Dimulai dari air, pertanian, listrik, bbm satu harga, terhubungnya area terdepan hingga yang terisolasi, semua kini merasakan hadirnya negara.

Tidak hanya itu, ada yang luput menjadi perhatian publik, pemerintahan Jokowi sebenarnya selain menambah utang juga melakukan pembayaran utang.

Total utang jatuh tempo dari 2014 hingga 2018 yang dibayarkan pemerintah mencapai Rp 1.628 triliun yang terdiri dari pinjaman dan surat berharga negara (SBN). Pada 2014 pemerintahan Jokowi membayar utang jatuh tempo sebesar Rp 237 triliun, pada 2015 sebesar Rp 226,26 triliun, 2016 sebesar Rp 322,55 triliun, 2017 sebesar Rp 350,22 triliun dan 2018 sebesar Rp 492,29 triliun.

Negara kita berhutang 1.644 Triliun, namun mampu membayar hutang Rp 1.628 triliun, artinya hutang Jokowi sejatinya cuma 16 Triliun dalam 4 tahun kepemimpinannya. Apakah ini disebut gali lubang tutup lubang? Hanya orang bodoh yang mungkin cuma dapat uang dari mami/papinya yang bilang Jokowi gali lubang tutup lubang.

Hidup dalam berbisnis, sangat perlu modal, modal didapat dari berhutang, dengan berhutang pelaku bisnis bisa membeli aset, atau alat penggerak usaha, yang hasilnya nanti tentu bisa membayarkan hutang dan setelahnya jadi untung. Sederhana saja, driver gojek, harus berhutang membeli motor senilai Rp 20 juta, setelah dia punya motor, akhirnya si driver ini jadi tukang ojek online, yang pendapatannya 5 juta sebulan. Dalam 4 bulan, tukang ojek online tersebut dapat melunasi hutangnya yang mempunyai nilai 20 juta. Sesederhana itu.

Jokowi kini, dalam kepemimpinannya 4 tahun mampu membayar 1.628 Triliun, sekarang Jokowi juga tidak akan menambah hutang lagi, Jokowi menginginkan semua infrastrukturnya selesai dibangun. Artinya hutang pemerintah tidak akan lagi bertambah dari angka 4.253 Triliun.

Kalau dalam 4 tahun bisa membayar 1.628, belum lagi setiap tahunnya pendapat negara akan semakin meningkat, besar kemungkinan Indonesia bisa membayar lebih besar dari angka jatuh tempo sebelumnya, maka bisa dipastikan hanya sekitar 10 tahun Negara ini berjalan hutang lunas dan Negara akan jadi untung total.

Indonesia bisa lepas dari krismon, hutang bisa dibayar...

*#INDONESIA BEBAS HOAX*
*#INDONESIA BEBAS UJARAN KEBENCIAN*
*#INDONESIA BEBAS FITNAH*
*#INDONESIA BEBAS KAMPANYE HITAM*
*#INDONESIA BEBAS PENYALAHGUNAAN ISU SARA*
*#JANGAN MAU DIADUDOMBA OLEH BANGSA ASING*
*#BERSATULAH BANGSA KU*
*#JAYALAH NEGERI KU INDONESIA*
*#INDONESIA BARU MENUJU INDONESIA HEBAT*
*#JOKOWI BERSIH MERAKYAT KERJANYATA*

👆👆👆👆👆👆👆👆
*AYO...!!! COPAS ini Agar Tembus lebih 200 Juta !!!* *( termasuk orang Indonesia & WNI yang ada di Mancanegara )*🙏🙏🙏

Best regards,
Mr. I Gede Putu Sastrawan
+62-81-2939-12345