AUM SvastiAstu 🙏☕🌹
Saya mendampingi Wisatawan Asing yang ingin memperoleh pemahaman lebih dalam tentang pelaksanaan Ritual Budaya Bali dan Petunjukan Kesenian Budaya Bali disini, Pura Luhur Ulawatu.
Dengan Membayar Tiket Masuk Pertunjukan Tarian Kecak dan Api, Uluwatu yang disiapkan oleh Kantor.
Namun Saya merasa terhenyuh saat menerima pertanyaan dari salah satu petugas jaga yang melayani pengaturan tempat duduk pada panggung terbuka Pura Uluwatu ini yang bersikap kurang bertata-krama layaknya orang Bali itu sendiri,
Misalnya;
Dengan nada yang tulus, bertanya "AUM SvastiAstu Pak, permisi, mohon ijin tiket untuk tempat duduknya, diperlihatkan Pak?"
Saya rasa, semua Wisatawan yang hadir di Bali, terpesona akan keramahan khas orang Bali tersebut.
Namun,
Salah satu petugas pelayanan kursi Wisatawan pada panggung terbuka ini, justru bertanya dengan nada Menegur.
Menegur karena persepsi-nya, Saya dikira tidak mengerti jika duduk menonton Tarian Kecak dan Api Uluwatu, wajib berbayar. Dan Saya dipersepsikan sedemikian Negatifnya bahwa Saya seolah-olah berupaya mencuri tempat duduk yang diperjual-belikan, untuk mendampingi Wisatawan menonton.
Belum bertanya, apalagi permisi kepada Saya, sudah dengan serta-merta menegur, dan memutuskan untuk menyalahkan Saya yang duduk disini.
Bukankah sebaiknya diterapkan cara berkomunikasi Khas Bali yang ramah dan berperi-kemanusiaan itu didepan Para Wisatawan, sehingga mereka takjub dengan Budaya orang Bali?
Dibandingkan dengan mengeluarkan kata-kata bernada teguran (yang maksud sebenarnya adalah bertanya) kepada siapapun orang lokal yang mendampingi Tamunya menonton tari Kecak ini.
Saya khawatir,
Ramalan bahwa "Bali Tenggelam" di tahun 2000 jaman dulu, itu benar-benar sudah "tenggelam".
AUM Shanti Shanti Shanti Om.