TABUH RAH/PERANG SATA vs JUDI
Tabuh Rah adalah taburan darah binatang korban yang dilaksanakan dalam rangkaian Upacara Yadnya. Dasar-dasar penggunaan Tabuh Rah termuat dalam:
1. Lontar Siwa Tattwa Purana.
2. Lontar Yadnya Prakerti.
3. Prasasti Sukawana A I 804 Saka.
4. Prasasti Batur Abang A 933 Saka.
5. Prasasti Batuan 944 Saka.
Tabuh Rah adalah taburan darah binatang korban yang dilaksanakan dalam rangkaian Upacara Yadnya. Dasar-dasar penggunaan Tabuh Rah termuat dalam:
1. Lontar Siwa Tattwa Purana.
2. Lontar Yadnya Prakerti.
3. Prasasti Sukawana A I 804 Saka.
4. Prasasti Batur Abang A 933 Saka.
5. Prasasti Batuan 944 Saka.
Penaburan darah dilaksanakan dengan: Menyembelih, Perang Satha (Terung Perahatan) dilengkapi dengan adu-aduan (Kemiri, Telur/Taluh, Kelapa, Andel-andel, beserta Upakaranya.
Ritual Tabuh Rah yang sebenarnya adalah melepas 2 ekor ayam jantan yang mempunyai taring di kakinya untuk di adu. Begitu tiga kali ayam itu melakukan benturan (Tiga Parahatan/3 sehet), ritual itu sudah selesai.
Ayam yang dilepas tidak memakai taji dan taruhan. Arti dari ritual Tabuh Rah tersebut adalah: Hidup ini penuh dengan pertarungan, jangan pernah menyerah dan butuh semangat untuk berjuang dan melawan kelemahan-kelemahan kita.
Taring yang tajam pada tanduk ayam bisa diibaratkan pikiran yang cerdas dan senjata utama untuk mengarungi kehidupan ini. Disamping itu harapannya adalah agar manusia-manusia yang melaksanakan upacara tersebut memiliki nyali yang besar untuk melawan ketidak benaran dan tidak takut untuk kalah.
Jadi sesungguhnya didalam pelaksanaan Tabuh Rah tidak diperkenankan menggunakan taruhan dan dipakai sebagai Judi, sebab sudah dengan jelas disampaikan didalam Veda bahwa Judi tidak diperbolehkan.
Ritual Tabuh Rah yang sebenarnya adalah melepas 2 ekor ayam jantan yang mempunyai taring di kakinya untuk di adu. Begitu tiga kali ayam itu melakukan benturan (Tiga Parahatan/3 sehet), ritual itu sudah selesai.
Ayam yang dilepas tidak memakai taji dan taruhan. Arti dari ritual Tabuh Rah tersebut adalah: Hidup ini penuh dengan pertarungan, jangan pernah menyerah dan butuh semangat untuk berjuang dan melawan kelemahan-kelemahan kita.
Taring yang tajam pada tanduk ayam bisa diibaratkan pikiran yang cerdas dan senjata utama untuk mengarungi kehidupan ini. Disamping itu harapannya adalah agar manusia-manusia yang melaksanakan upacara tersebut memiliki nyali yang besar untuk melawan ketidak benaran dan tidak takut untuk kalah.
Jadi sesungguhnya didalam pelaksanaan Tabuh Rah tidak diperkenankan menggunakan taruhan dan dipakai sebagai Judi, sebab sudah dengan jelas disampaikan didalam Veda bahwa Judi tidak diperbolehkan.
Didalam Rgveda 10.34.3 disebutkan sebagai berikut:
"Dvesti Svasrurapa Jaya Runaddhi Na Nathito Vindatemarditaram, Asvasyeva Jarato Vasnyasya Natham Vindamikitavasya Bhogam".
Penjudi yang telah kalah tiak dihargai oleh siapapun. Ibu mertuanya membencinya, istri pun melarangnya pulang ke rumah, ia bagaikan pengemis yang tidak dikasihani oleh siapapun, bagaikan kuda yang telah tua yang tidak lagi berguna, ia tidak dapat menikmati kehidupan sebagai penjudi lagi.
"Dvesti Svasrurapa Jaya Runaddhi Na Nathito Vindatemarditaram, Asvasyeva Jarato Vasnyasya Natham Vindamikitavasya Bhogam".
Penjudi yang telah kalah tiak dihargai oleh siapapun. Ibu mertuanya membencinya, istri pun melarangnya pulang ke rumah, ia bagaikan pengemis yang tidak dikasihani oleh siapapun, bagaikan kuda yang telah tua yang tidak lagi berguna, ia tidak dapat menikmati kehidupan sebagai penjudi lagi.
Didalam Rgveda 10.34.10 disebutkan sebagai berikut:
"Jaya Tapyate Kitavasya Hina Mata Putrasya Caratah Kvasvit, Rnva Bibhyad Dhanamichamano.Anyesamastamupanaktameti".
Wahai penjudi, ketika kamu pergi kesana kemari untuk berjudi, istri dan ibumu mendapatkan kesengsaraan dan kesedihan. Untuk mencari uang kamu selalu berhutang, mencuri dan memasuki rumah orang lain, sehingga membuat orang tercekam dalam ketakutan, terutama di malam hari.
"Jaya Tapyate Kitavasya Hina Mata Putrasya Caratah Kvasvit, Rnva Bibhyad Dhanamichamano.Anyesamastamupanaktameti".
Wahai penjudi, ketika kamu pergi kesana kemari untuk berjudi, istri dan ibumu mendapatkan kesengsaraan dan kesedihan. Untuk mencari uang kamu selalu berhutang, mencuri dan memasuki rumah orang lain, sehingga membuat orang tercekam dalam ketakutan, terutama di malam hari.
Didalam Menawa Dharmasastra IX.221 disebutkan sebagai berikut:
"Perjudian dan pertaruhan supaya benar-benar dikeluarkan dari wilayah Pemerintahan karena kedua hal itu menyebabkan kehancuran Negara.
"Perjudian dan pertaruhan supaya benar-benar dikeluarkan dari wilayah Pemerintahan karena kedua hal itu menyebabkan kehancuran Negara.
Didalam Rgveda 10.34.13 disebutkan sebagai berikut:
"Aksairma Divyah Krsimit Krsasva Vitte Ramasva Bahumanyamanah, Tatra Ghavah Kitava Tatra Jaya Tan Me Viscaste Savitayamaryah".
Wahai penjudi jangan bermain judi, lebih baik menjadi petani, di sanalah kekayaan berlimpah ruah, disanalah sapi peliharaanmu, disanalah kebahagiaan istrimu, demikian dikatakan oleh Dewa Sivata.
"Aksairma Divyah Krsimit Krsasva Vitte Ramasva Bahumanyamanah, Tatra Ghavah Kitava Tatra Jaya Tan Me Viscaste Savitayamaryah".
Wahai penjudi jangan bermain judi, lebih baik menjadi petani, di sanalah kekayaan berlimpah ruah, disanalah sapi peliharaanmu, disanalah kebahagiaan istrimu, demikian dikatakan oleh Dewa Sivata.
Tidak dapat dielakkan didalam masyarakat banyak yang melakukan pembenaran terhadap Judi yang dilakukan di Area Pura, padahal hal tersebut tidak diperbolehkan mengingat Pura adalah Tempat Suci.
Semoga dapat dibedakan antara Tabuh Rah dengan Judi, mengingat Agama Hindu tidak membenarkan adanya Judi. Dalam cerita Mahabaratha juga sudah digambarkan bagaimana Panca Pandawa hidupnya hancur dan menderita akibat judi. Serta dalam cerita babad Manik Angkeran yang merupakan putra dari Mpu Sidimantra juga hancur hidupnya akibat judi.
Salam Damai
Thank you. Good luck !
Om Shanti Shanti Shanti Om 🙏
Best Regards,
I Gede Putu Sastrawan
Photographer
+62-81-2939-12345 whatsApp
powered by GOD.
No comments:
Post a Comment